BAB I
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Pendidikanmerupakanaktivitas yang
dilakukanolehdandiperuntukkanbagimanusia.Pendidikanhanyadapatmembentukmanusia
yang
humanisapabilahakekatkemanusiaanmanusiadipahamisecarakomprehensifdanmenyeluruh.
Kesalahandalammemberikantafsiranataseksistensimanusiaberimplikasipadakekeliruandalammenghadirkanpendidikansertamembentukmenusia-manusia
yang "tidaksehat".Pemahaman yang
benardantepattentangmanusiadanpendidikansangatdiperlukanterutamaolehpendidikdancalon-calonpendidikdalamduniapendidikankarenamerekadipersiapkanuntukmenciptakanmanusia-manusiabaru.
Dalamperspektifsistemikuntukmenilaikeberhasilansuatupelaksanaanpendidikandalammembangunsumberdayamanusia
yang lebihbaik, kreatif,
dannormatifmemerlukankajiansecarasimultandanmendalamataspelbagaiunsur yang
secarasistemikmempengaruhikeberhasilantersebut, yaitu; input, process, output,
dan outcome.Perspektifsistemikmempercayaibahwakeberhasilanpendidikan yang
baikperlu di-back up oleh input, process, dan output yang baik.
Untukbisaterselenggaranyasuatu proses
pendidikan yang baik, tidakhanyadibutuhkanpengalaman-pengalamanempirik yang
diperolehmelaluiobservasidankajian-kajian yang bersifatscientifik,
akantetapijugasangatdibutuhkanpemahamandanpenguasaan yang
baikdantepatterhadapkonsep-konsepdasartentangmanusiadanpendidikanitusendiri.
RumusanMasalah
BagaimanaLatarbelakangkehidupanIbnuSina?
Bagaimanakonseppendidikan yang di
formulasikanolehIbnuSina?
BAB II
PEMBAHASAN
RiwayathidupIbnuSina
SyeikhurRais, Abu Ali Husein bin Abdillah
bin Hasan bin Ali bin Sina, yang
dikenaldengansebutanIbnuSinaatauAvicienalahirpadatahun 370 hijriyah di
sebuahdesabernamaKhormeisandekat Bukhara. Ia dilahirkan di kota Balkh, yaitu sebuah kota
yang terletak antara Georgia dan Turkistan. Keluarganya termasuk keluarga kaya dan
terpandang. Latar belakang keluarganya yang demikian merupakan faktor yang
sangat mendukung dalam pembentukan pribadi ilmiahnya, disamping kecemerlangan
otaknya. Dalam usia 18 tahun, ia telah menguasai segala ilmu pengetahuan pada
masa itu; meliputi al-Qur’an dan tafsir, Linguistik, sastra, kedokteran,
psikologi dan pendidikan.Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana
sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak
orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan
baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan
rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Sebagai seorang
ilmuan. Ibnu Sina telah berhasil menyumbangkan karya ilmiah buku karangan
sebanyak 276 buah. Di antara karya besarnya adalah al-Syifa berupa ensiklopedi
tentang fisika, logika, dan matematika, serta Qanun fi Thib sebuah esiklopedi
kedokteran.
Pemikiran
Pendidikan Ibnu Sina
Bagi Ibn Sina,
pendidikan bermula sebelum individu dilahirkan. Ketika seorang lelaki memilih
pasanganya, moralitas dan intelektualitasnya mempengaruhi anak yang akan
dilahirkannya. Peran istri atau ibu sangat penting. Anak harus diajari
kedisiplinan sejak menyusu. Pembentukan moralitas dan karakter (ta’dib)
mesti dilakukan sejak awal. Pengajaran sains dimulai ketika tubuh anak mulai
kuat, sendi kukuh dan telinga dan lidah berfungsi secara baik. Tiap anak harus
diberi perhatian individual dan dibesarkan sesuai dengan kepribadiannya yang
khas. Egalitarianisme kuantitatif tidak boleh diterapkan pada setiap individu
yang akan mengakibatkan pengabaian perbedaan kualitatif.
Rentang dari masa
bayi sampai remaja ditekankan pengedalian emosi agar mampu mengatasi marah,
ketakutan, ketidakpercayaan diri, menderita insomnia. Harus mengembirakan dan
membangkitkan minat. Pada usia enam tahun, dicarikan guru yang cocok: lemah
lembut, berwarak mulia. Tidak boleh dipaksa sekolah. Relaksasi pikiran
mendukung pertumbuhan badan. Berenang dan istirahat dikurangi. Senam sebelum
makan ditingkatkan. Program ini sampai tiga belas tahun. Senam ringan
digalakkan, yang menguras tenaga dan kekerasan dihindarkan pada masa
kanak-kanak dan remaja. Empat belas tahun, mulai diajari matematika, lalu
filsafat.
Ibn sina
membedakan tahap pendidikan: pertama, pendidikan di rumah dan kedua,
pendidikan di sekolah (maktab) di bawah seorang guru (mu’allim).
Sebetulnya, sekolah dan rumah saling melengkapi.
Tujuan pendidikan
awal: memperkukuh keimanan, membangun karakter yang baik dan kesehatan,
memberantas buta aksara, mengajarkan cikal-bakal berfikir yang benar dan
mempelajari kerajinan. Guru harus dipilih secara teliti karena akan sangat
berpengaruh pada karakter siswa. Guru harus saleh, bermoral, lembut,
berpengetahuan luas, pemilik kebijakasanaan (hikmah) mampu menghayati
karakter siswa, menilai bakat mereka untuk menuntut aneka lapangan pengetahuan
supaya mampu memberi saran tentang kajian lanjutan pada tahap akhir kehidupan.
Sekolah penting
karena memungkinkan transmisi pengetahuan dan atmosfir sosial dimana siswa
mampu belajar satu dengan yang lain. Perlu kompetisi sehat dan dorongan di
antara siswa. Dengan adanya siswa lain, dimungkin wacana dan perdebatan yang
meningkatkan pemahaman, persahabatan, membantu karakter dan memperkuat
keutamaan-keutamaan.
Program delapan
tahun maktab: pengajaran al-Quran, agama dan bahasa. Diikuti dengan etika, seni
dan kerajinan sesuai kemampuan dan bakat siswa untuk mencari nafkah. Olahraga.
Siswa harus punya kesibukan. Untuk yang mental dan intelektualnya memenuhi
syarat dilanjutkan pada pendidikan, kedokteran atau sains.
Metode
pengajaran: guru jangan terlalu lunak, tidak terlalu keras. Dia mesti memilih
metode mengajar: pelatihan mental, imitasi, repetisi, analisis logis, dan
sebagainya yang sesuai dengan sifat siswa. Dalam pemilihan seni pun demikian.
Doktrin Ibn sina
tentang akal, fakultas jiwa, hirarki yang menentukan aneka tingkat fakultas
intelektual manusia, proses mencapai kesempurnaan intelektual. Pendidikan pada
tingkat tinggi adalah proses aktualisasi dan penyempurnaan fakultas-fakultas
intelek teoritis dan praktis (al-aql al-nadzari dan al-aql al-amali).
Menurut Ibn Sina,
manusia mempunyai akal teoritis dan akal praktis yang mesti diperkuat,
diwajarkan, disempurnakan sesuai dengan situasi. Pendidikan pikiran adalah
pendidikan akal teoritis, sementara pendidikan karakter melibatkan akal
teoritis dan praktis. Akal praktis meliputi fakultas-fakultas vegetal dan
hewani (al-quwah al-nabatiyah dan al-quwah al-hayawaniyyah) yang cakup
pernghayatan (wahm), imajinasi (khayal), dan fantasi (fantasiyyah).
Intelek/akal teoritsi meliputi tingkat-tingkat intelek material (intelegensi/al-aql
al-hayulani), intelek en habitus (al-aql bi al-malakah),
intelek dalam tindakan (al-Aql bi al-fi’l) dan akhirnya akal
sakral/perolehan (al-aql al-quds/ al-aql al-mustafad). Proses belajar
mengimplikasikan aktulisasi potensi-potensi intelek melalui penuangan cahaya
kecerdasan aktif (al-aql al-fa’al). Tidak lain intelek mandiri yang
diidentifikasikan dengan substansi malakah—inilah yang merupakan guru
sejati pencari pengetahuan dan ilmunisai kecerdasan manusia oleh hirarki
terletak di jantung seluruh proses mencapai pengetahuan, yang
tingkat-tertingginya adalah pengetahuan intuitif (al-ma’rifa al-hadsiyah)
yang dicapai secara langsung dari kecerdasan aktif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan di atas bisa disimpulkan bahwa Pendidikan bermula sebelum individu
dilahirkan. Ketika seorang lelaki memilih pasanganya, moralitas dan intelektualitasnya
mempengaruhi anak yang akan dilahirkannya. Peran istri atau ibu sangat penting.
Anak harus diajari kedisiplinan sejak menyusu.
Ibn sina
membedakan tahap pendidikan: pertama, pendidikan di rumah dan kedua,
pendidikan di sekolah (maktab) di bawah seorang guru (mu’allim).
Sebetulnya, sekolah dan rumah saling melengkapi.
Metode
pengajaran: guru jangan terlalu lunak, tidak terlalu keras. Dia mesti memilih
metode mengajar: pelatihan mental, imitasi, repetisi, analisis logis, dan
sebagainya yang sesuai dengan sifat siswa. Dalam pemilihan seni pun demikian
Saran
Orang bijak
mengatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak”. Tidak ada sesuatupun dijagad
raya ini yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Begitu pula
dengan penyajian makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan yang berupa kritik maupun
saran yang bersifat membangun guna pembuatan makalah selanjutnya. Sehingga kami
dapat membenahi sedikit demi sedikit kesalahan maupun kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Rama Yulis,
Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, PT. Quantum Teaching, 2005
http://ruhullah.wordpress.com/2008/09/18/pendidikan-di-mata-filosof-muslim/
http://taghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=164&dcid=36831
http://aththibbherbalis.blogspot.com/2008/12/biografi-ibnu-sina.html
http://taghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=164&dcid=36831
Rama Yulis, SamsulNizar, EnsiklopediTokohPendidikan
Islam, (PT. Quantum Teaching, 2005), hal., 30
http://aththibbherbalis.blogspot.com/2008/12/biografi-ibnu-sina.html
Rama Yulis, SamsulNizar, EnsiklopediTokoh,hal.,
31
http://ruhullah.wordpress.com/2008/09/18/pendidikan-di-mata-filosof-muslim/
ibid.,